JAKARTA, INIKAMPUS – Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Brian Yuliarto kembali mengukir prestasi ilmiah internasional.
Ia kembali masuk dalam daftar World’s Top 2% Scientist 2025 versi Stanford University dan Elsevier.
Prestasi ini menjadi capaian keempat Brian secara berturut-turut sejak kali pertama masuk daftar pada 2022.
Capaian tersebut tidak berkaitan dengan posisinya sebagai menteri, melainkan kontribusi ilmiah yang konsisten dan berdampak.
“Nama Brian Yuliarto kembali tercantum dalam daftar ilmuwan dunia versi Stanford,” tulis akun IG @kemdiktisaintek.ri, Kamis (25/9/2025).
Penilaian dilakukan berdasarkan sitasi global, H-Index, hingga kolaborasi internasional dalam riset ilmiah.
Rekam Jejak Akademik
Brian Yuliarto adalah guru besar teknik fisika dengan keahlian di bidang nanoteknologi dan sistem kuantum.
Dosen Unnes Dampingi Guru MGMP Fisika Kendal Revitalisasi Laboratorium
Ia menyelesaikan studi S1 di ITB, lalu melanjutkan S2 dan S3 di University of Tokyo, Jepang.
Pengalaman risetnya mencakupi aktivitas di lembaga riset AIST Jepang sebelum menjabat sebagai menteri.
Hingga awal 2025, Brian telah menerbitkan 343 artikel ilmiah di Scopus dengan total 6.043 sitasi dan H-index 40.
Penelitiannya berfokus pada nanomaterial untuk sensor, energi, dan teknologi solar photovoltaic (PV).
Pada 2024, ia menerima Habibie Prize untuk bidang rekayasa dan teknologi dari pemerintah Indonesia.
Tahun 2023, Brian menempati posisi pertama peneliti nanoteknologi Indonesia versi AD Scientific Index dan Stanford University.
Dengan rekam jejak ilmiah tersebut, Brian terus menunjukkan konsistensi sebagai ilmuwan berpengaruh di tingkat global.
Ia mendapatkan gelar profesor di usia relatif muda, yakni 43 tahun.

